Syekh Maulana Malik Ibrahim ( Ma Hong Fu ) = Sunan Gresik

~Duta Khusus Tiongkok(China Muslim) untuk Majapahit(Jawa)

Dalam catatan sejarah Ming Shi dan konik Sampokong Semarang, jendral Ma Hong Fu merupakan duta khusus tiongkok untuk majapahit(jawa) baik secara birateral maupun regional, Jendral Ma Hong Fu memegang posisi yang sangat penting dalam bidang politik, ekonomi, perdagangan dan sosial keagamaan. Dalam catatan sejarah di jawa beliau lebih dikenal dengan nama Syekh Maulana Malik Ibrahim sebagai nama identitas ke-Hui-an di Champa(=Yunnan)

Syekh Maulana Malik Ibrahim dalam sejarah perwalian wali songo merupakan salah satu wali tertua dari jajaran sembilan wali atau wali songo yang dikenal dengan sebutan “Sunan Gresik” dan merupakan Koordinator China Muslim Hanafi di jawa bersama dengan Kapiten China Muslim Haji Gan Eng Cu (juga menjabat adipati Tuban bergelar Arya Teja).

Maulana Malik Ibrahim, atau dikenal juga sebagai Makdum Ibrahim As-Samarqandi, diperkirakan terlahir di Samarkand(Karakoja-Xinjiang/China) saat ayahnya bertugas di samarkand/Xinjiang, Asia Tengah, pada abad 14 pada masa Dinasti Ming. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya dengan Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, lalu berubah menjadi Asmarakandi.

~ Silsilah dan keluarga

Maulana Malik Ibrahim, kadang juga disamakan/disebut sebagai Syekh Maghribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan Maulana Ishak(Ma Yung Long), ulama terkenal di Samudra Pasai (pemimpin/Kapiten China Muslim Hanafi di Pasai) sekaligus ayah dari Sunan Giri (Maulana Ainul Yaqin/Raden Paku). Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak adalah anak dari seorang Pemimpin/Gubernur Champa di Yunnan, bernama Syekh Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Champa(Yunnan-China). Syekh Maulana Jumadil Kubro ini diyakini sebagai keturunan dari Sayidina Husein, cucu Nabi Muhammad saw dari sayid Jallaludin/Sayid Ajjal Al-din Omar(panglima perang/Gubernur Yunnan/Champa pertama pada era dinasti Yuan). Dan, makam dari Syekh Maulana Jumadil Kubro ini ada di kompleks pemakaman Troloyo, Trowulan, Mojokerto, bersama makam istri pertamanya(putri Champa).

Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand(Karakoja-Xinjiang/China) dan bermukim di Champa Utara, sekarang Yunnan. Di sana, ia tinggal selama 13 tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja/gubernur Champa pengganti ayahnya di Yunnan yaitu Haji Bong Tak Keng, putri tersebut bernama Bong Fei Xin (Putri Chempa dikenal dengan nama Candrawulan/Avarawati), adapun kakaknya yang bernama Dwarawati(=Bong Fei Er(?) / Putri Chempa, ibunda Raden Patah/Jinbun) diperistri oleh Adik dari Ratu Suhita(Raja Majapahit Kala itu) yaitu Kertawijaya (Brawijaya I). adapaun putra pertama yaitu Bong Qing La(=?Raden Cingkara, ayah dari Sunan Ampel/Bong Swi Ho) tetap tinggal di Champa, adapun salah satu putri Maulana Malik Ibrahim(Ma Hong Fu) yg juga dikenal dengan nama putri Champa juga menikah dengan Pangeran Kertabhumi(Brawijaya V) jauh sebelum menjadi raja majapahit.

~ Mandat Langit

Pada tahun 1421, Maulana Malik Ibrahim ditugaskan oleh Laksamana Cheng Ho ke Pulau Jawa duta khusus tiongkok untuk Majapahit berdasarkan Mandat Langit (perintah kaisar Ming)

Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai keluarga dan beberapa orang yang diantar oleh armada barat Laksamana Cheng Ho. Daerah yang ia singgahi pertama kali, yaitu desa Sembalo merupakan sebuah pelabuhan, daerah yang masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang, adalah daerah Leran yang terletak di kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik.

~ Pondok Pesantren di Leran (Gresik)

Konon menurut cerita masyarakat setempat bahwa Syekh Maulana malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara baru dalam bercocok tanam pada masyarakat yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Syeckh Maulana Malik Ibrahim juga membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran seperti pondok pesantren Quro di karawang yang lebih dulu dibangun oleh Syekh Quro(Hasan).

~Makna “Asmarakandi” dalam tambahan nama Maulana Malik Ibrahim

Kata “Asmarakandi” berasal dari kata “As-Samarkand” yang berarti Wilayah Samarkand di asia tengah, secara geografis wilayah Samarkand atau sering disebut wilayah Turkistan, secara garis besar wilayah Turkistan merupakan wilayah asia tengah dan terbagi menjadi 2 yaitu Turkistan Barat(Negara-negara asia tengah) dan Turkistan Timur(Xinjiang-China) yang banyak dihuni bangsa Turkistan (Kazak, Uighur, Uzbek, Kirgiz, Tartar dll). Banyak sejarahwan dan cerita tutur masyarakat jawa meyakini bahwa tambahan nama “Asmarakandi” menunjukkan asal usul Maulana Malik Ibrahim berasal dari Samarkand, tetapi ada pendapat lain bahwa nama “Asmarakandi” yang ditambahkan untuk mempertegas/menunjukkan identitas yang berbeda yaitu bahwa Maulana Malik Ibrahim beraliran Islam dari Samarkand( Islam Sufi asia tengah dan bukan Syiah) dikalangan kelompok China Muslim Hanafi meskipun Maulana Malik Ibrahim adalah salah satu pemimpin kelompok China Muslim Hanafi di Jawa selain dari Haji Gan Eng Cu(Arya Teja), berbedaan keduanya antara Islam samarkand dan islam china hanafi bisa dilihat sampai sekarang antara suku Uighur dan suku Hui di China.

~ Hilangnya Identitas Kelompok China Muslim Hanafi

Bong Swi Ho (=Sunnan Ampel) merupakan salah satu pemimpin kelompok China Muslim Hanafi penerus Maulana Malik Ibrahim dan menggantikan posisi Haji Gan Eng Cu (Arya Teja), Bong Swi Ho sangat fasih berbahasa China, pada awalnya Bong Swi Ho gencar berdakwah dan memeperkuat kelompok China Muslim Hanafi yang merupakan agama mayoritas orang-orang China di perantauan(politik, ekonimi & perdagangan), tetapi setelah kebijakan dinasti Ming(China) berubah halauan untuk menghentikan seluruh armada barat dan menerapkan pemerintahan tertutup bagi wilayah asing(diluar China), atas kebijaka tersebut hubungan Champa(Yunnan) sebagai Induk dari Kelompok China Islam Hanafi dengan kelompok-kelompok China muslim hanafi di kepulauan Nanyang(Nusantara) menjadi terputus, yang diawali dengan hancurnya kelompok-kelompok China Muslim Hanafi di Champa Selatan (Lin Yi - Vietnam selatan) yang telah diserang oleh penduduk pedalaman(pribumi) kamboja yang disertai pembunuhan dan pengusiran orang-orang China Muslim Hanafi disana serta pemberontakan kerajaan Annam(Vietnam Utara) terhadap dinasti Ming(China) dan mencaplok Champa Selatan (Lin Yi –Vietnam selatan), hal tersebut merupakan proses surutnya Champa sampai akhirnya benar-benar tenggelam dan hilang dari sejarah.

Atas kejadian tersebut, Bong Swi Ho segera mengambil alih kendali kelompok China muslim hanafi diseluruh Nanyang(Nusantara) khususnya Jawa, Bong Swi Ho mengubah halauan dakwah Islam dari Islam China Hanafi (yang dikhususkan untuk orang-orang China) ke Islam Samarkand(Sufi) yang dianggap lebih tepat untuk mengajak orang-orang pribumi Nanyang(Nusantara) terutama di jawa untuk masuk Islam, adapun Jafar Sodiq(=Sunan Kudus, yang merupakan duta Kekhalifahan Mamluk-Mesir) yang bukan orang China Islam Hanafi ikut melengkapi dan menyempurnakan dakwah Bong Swi Ho dengan mazab Syafi’i-nya dengan mencontoh metode dakwah China Islam Hanafi dalam pendekatan budaya terhadap masyarakat Nanyang(Nusantara) khususnya di Jawa.

~ Wafat

Pada tahun 1419 M, Syekh Maulana Malik Ibrahim berpulang ke rahmatullah. Makamnya terletak di kampung Gapura, Gresik, Jawa Timur tetapi kevalidan tentang tahun kematiannya yang terdapat pada Nisan tersebut sangat diragukan oleh beberapa kalangan antara lain:

-Pada sinkronisasi tahun kedatangan Bong Swi Ho(Sunan Ampel) ke jawa yang bertemu dengan Syekh Maulana Malik Ibrahim yaitu menunjuk Tahun 1446 M, jadi dapat disimpulkan bahwa beliau tidak meninggal di tahun tersebut(1419 M) tetapi beliau meninggal setelah tahun 1446 M, sebagaimana berdasarkan cerita naskah babad yang ada bahwa Sunan Ampel merupakan penerus/menggantikan kepemimpinan(estafet kepemimpinan) dari Maulana Malik Ibrahim sebagai pemimpin walisongo, tentu hal ini sangat aneh dan tidak logis karena kepemimpinan walisongo seharusnya diteruskan oleh Maulana Ishaq (adik Maulana Malik Ibrahim yg hidup sejaman), dan mempunyai jeda waktu puluhan tahun yaitu 27 tahun terjadi kekosongan kepemimpinan hal inilah yg meyakini bahwa kematian Maulana Malik Ibrahim sebenarnya setelah tahun 1446 M dan bukan tahun 1419 M ( yang kemungkinan telah diubah oleh pemerintah hindia belanda saat pembongkaran/pemugaran tahun1910 M )

-Pemugaran/pembongkaran Makam Maulana Malik Ibrahim oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1910 M yang terkesan disembunyikan atau tidak dipublikasikan (lihat foto makam Maulana Malik Ibrahim ini), serta tidak adanya nisan asli pada makan Maulana Malik Ibrahim tersebut, sedangkan yg saat ini ada dimakam adalah nisan replik dimana sangat dimungkinkan adanya perubahan/manipulasi data dalam catatan nisan tersebut termasuk tahun wafatnya. hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah hindia belanda(penjajah belanda) untuk menghilangkan/mengaburkan sejarah Islam di Indonesia ( https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10200943251863729&l=71e34cfd80
)

- Dalam beberapa nahkah babad, sunan Ngudung merupakan putra Maulana Malik Ibrahim, dimana Malik Ibrahim meninggal tahun 1419 M sedangkan sunan ngudung meninggal dalam peperangan tahun 1524 M sesuai Naskah Hikayat Hasanuddin , seandainya sunan ngudung lahir sebelum tahun 1419 M ini artinya sunan ngudung saat meninggal dalam perang berumur 105 tahun, hal ini jelas tidak logis, hal yang paling logis adalah Maulana Malik Ibrahim sebagai ayah sunan ngudung meninggal setelah tahun 1450/1460-an
Raden Usman Haji / Sunan Ngudung (lahir: ? - wafat: 1524)
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10200939440088437&l=5a772ebf50

- Belum adanya pengetesan/penelitian uji radioaktif/karbon dari para ahli untuk menentukan/mengetahui kapan nisan Maulana Malik Ibrahim dibuat, padahal nisan tersebut sangat penting sebagai acuan/rujukan bukti manuskrip cerita sejarah perkembangan islam di jawa, untuk menentukan keabsahan bukti sejarah tersebut.

~ Catatan Kronik Sampokong Semarang

sesuai dgn catatan: Rangkuman Laporan Poortman dari Catatan Klenteng Sam Po Khong Semarang & Talang :

ditahun 1449 M, Duta Besar Tiongkok Haji Ma Hong Fu singgah ke Semarang dalam perjalanan kembali ke Tiongkok. Istri Ma Hong Fu wafat dan dimakamkan secara islam di Majapahit.
Dari catatan tsb diatas, dapat kita analisa bahwa kembalinya Haji Ma Hong Fu(tanpa disertai keluarga) ke Tiongkok dalam rangka kedinasan dengan terlebih dahulu melapor pada Laksamana muda Wang Jing Hong(Hong Bao) yg berada di Semarang, Laksamana muda Wang Jing Hong memang pernah sakit dan tinggal di bergota(semarang) beberapa waktu dan sempat dirawat oleh Laksamana Cheng Ho, tetapi berdasarkan catatan sejarah Ming Shi sangat jelas beliau kembali lagi bertugas dlm jajaran Armada barat tiongkok bahkan sempat mengantarkan putri China ke Melayu setelah pelayaran terakhir Laksamana Cheng Ho, setelah melakukan tugas terakhirnya tersebut Laksamana Muda Wang Jing Hong (Hong Bao) menuju Semarang dan menetap selamanya di Semarang bahkan beliau kemungkinan bertemu dan mendampingi Laksamana Cheng Ho pd masa akhir hayatnya sebagai abdi yg setia dan oleh masyarakat jawa dijuluki sebagi "Kyai Juru Mudi Dampo Awang".

Jadi sangat besar kemungkinan Ma Hong Fu kembali lagi ke jawa(gresik) setelah pensiun menjadi duta tiongkok dan berkumpul dengan keluarganya di gresik

Referensi: Berbagai Sumber